Dua Tahun Jokowi-JK, Menperin Airlangga: Industri Melaju Tumbuh dan Merata

By Admin

nusakini.com--Pemerintah Jokowi-JK genap berusia dua tahun pada 20 Oktober 2016. Setelah di tahun pertamanya meletakkan fondasi utama pembangunan, Jokowi-JK menjadikan tahun kedua masa pemerintahannya sebagai langkah percepatan pembangunan nasional. 

Pada reshuffle jilid II, jajaran kabinet kerja diisi oleh pasukan baru yang dipercaya mampu membawa pemerintahan melaju lebih kencang dalam tim yang solid dan bersinergi untuk mewujudkan Nawacita. Dari sembilan Nawacita yang ditetapkan Jokowi-JK, terdapat tiga agenda terkait industri. 

Pertama, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Kedua, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Ketiga, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, yang diberikan ‘tongkat estafet’ oleh Jokowi-JK pada reshufflejilid II mengatakan, arah kebijakan pembangunan industri nasional telah ditentukan sesuai RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. 

“Pembangunan industri diarahkan pada pengembanganperwilayahan industri di luar pulau Jawa, penumbuhan populasi industri, serta peningkatan daya saingdan produktivitas. Ini juga untuk mendorong terwujudnya tiga poin pengembangan industri nasionalpada agenda Nawacita tersebut,” tegasnya pada acara Pers Briefing 2 Tahun Kerja Nyata Jokowi-JK di Jakarta, Selasa (25/10). 

Dalam upaya pengembangan perwilayahan industri di luar pulau Jawa, Kementerian Perindustrian telah memfasilitasi pembangunan kawasan industri. “Salah satu strategimempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri adalah melalui pembangunan kawasan industri. Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan Indonesia sentris,” ujar Airlangga. 

Hingga tahun 2016, sebanyak 73 kawasan industri telah dibangun di Indonesia. Beberapa kawasan yang saat ini memiliki progres signifikan dalam pembangunannya, antara lain Kawasan Industri Sei Mangke di Sumatera Utara yang difokuskan pada pengembangan oleo chemical, Kawasan Industri Dumai di Riau dan Kawasan Industri Berau di Kalimantan Timur yang dibangun menjadi Palm Oil Green Economic Zone (POGEZ), serta Kawasan Industri Palu di Sulawesi Tengah untuk pengembangan industri minyak atsiri. 

Selanjutnya, Kawasan Industri Kendal di Jawa Tengah menjadi pusat industri ringan (light industry), Kawasan Industri Java Integrated Industrial Ports and Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur menjadi pusat industri berat (heavy industry), dan Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah menjadi pengembangan industri feronikel. 

Selain itu, beberapa industri yang tengah dalam proses penyelesaian pembangunan, di antaranya pabrik pulp and paper di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, pabrik smelter alumina di Ketapang, Kalimantan Barat, pabrik gula di Dompu, Nusa Tenggara Barat, serta pabrik semen di Manokwari, Papua Barat. 

Di samping itu, Menperin mengungkapkan, industri pengolahan non migas mengalami pertumbuhan sebesar 4,61 persen pada triwulan II tahun 2016 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sekitar 4,47 persen. Sedangkan, nilai tambah bruto yang dibukukan industri pengolahan non migas pada triwulan II-2016 sebesar Rp. 565,90 triliun atau 18,33 persen dari PDB. 

“Hal ini kembali mengukuhkan sektor Industri Pengolahan Non Migas sebagai penyumbang nilai tambah terbesar terhadap PDB,” jelas Airlangga. Jika digabung dengan triwulan sebelumnya, nilai tambah bruto Industri Pengolahan Non Migas selama Januari-Juni 2016 mencapai Rp. 1.108,81 triliun atau lebih tinggi dibandingkan Januari-Juni 2015 sebesar Rp. 919,95 triliun. 

Tiga sub sektor penyumbang nilai tambah bruto terbesar pada triwulan II-2016 adalah Industri Makanan dan Minuman sebesar Rp. 188,23 triliun atau 6,10 persen terhadap PDB, Industri Alat Angkutan sebesar Rp. 59,38 triliun atau 1,92 persen terhadap PDB, dan Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan Listrik sebesar Rp. 59,36 triliun atau 1,92 persen terhadap PDB. 

Sementara itu, Menperin juga menyampaikan, kontribusi ekspor industri pengolahan non migas periode Januari-September 2016 sebesar 76,5 persen atau tertinggi dibandingkan sektor tambang 12 persen, migas 9 persen, dan pertanian 2,2 persen. 

Bahkan, sebesar 43 persen total nilai investasi di Indonesia berasal dari sektor industri. Nilai penanaman modal asing (PMA) di sektor industri pada tahun 2014 mencapai USD 13,01 miliar dan tahun 2015 sebesar USD 11,76 miliar. Sedangkan, periode Januari-Juni tahun 2016 sebesar USD 9,32 miliar. 

Kemudian, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor industri pada tahun 2014 mencapai Rp 59,03 triliun dan tahun 2015 sebesar Rp. 89,04 triliun atau tumbuh sebesar 50,84 persen. Sedangkan, periode Januari-Juni tahun 2016 sebesar Rp 50,70 triliun. 

Lebih lanjut, Menperin memaparkan perkembanganindustri menengah dan besar yang meliputi sektor industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ILMATE), industri kimia, tekstil, dan aneka(IKTA), serta sektor industri agro. 

Pada periode 2014-2016, Airlangga mengungkapkan, di sektor ILMATE tumbuh sebanyak 633 unit baik baru maupun perluasan. Total nilai investasinya sebesar Rp 75,15 triliun dari PMA dan PMDN. “Sedangkan, penyerapan tenaga kerja di sektor ini mencapai 86 ribu orang,” ujarnya. 

Di sektor IKTA, penumbuhan industrinya pada periode 2015-2016 sebanyak 890 unit baik baru maupun perluasan. Sedangkan, total nilai investasinya sebesar Rp 235,50 triliun (PMA dan PMDN) dan penyerapan tenaga kerjanya sebanyak 378 ribu orang. 

“Di sektor industri agro, periode 2014-2016, tumbuh sebanyak 66 unit baik baru maupun perluasan. Total nilai investasinya sebesar Rp 72,41 triliun dari PMA dan PMDN. Sedangkan, penyerapan tenaga kerjanya sebanyak 22 ribu orang,” papar Airlangga. 

Khusus investasi industri smelting, Menperin merinci, hingga saat ini jumlah investor telah mencapai 23 perusahaan dengan total nilai investasi sebesar USD 12,2 miliar yang menjalankan sebanyak 25 proyek di 17 Kabupaten/Kota yang tersebar di sembilan provinsi. “Ke-25 proyek tersebut meliputi smelting untuk sponge iron, pig iron, slab, katoda tembaga, alumina, feronikel, stainless steel slab, dan nickel pig iron,” sebutnya. 

Di sisi lain, untuk sektor industri kecil dan menengah (IKM), Kemenerin telah memfasilitasi pembinaan sebanyak 1.993 sentra IKM pada periode 2015-2016. Sentra IKM tersebut meliputi sektor pangan, sandang, kimia dan bahan bangunan, kerajinan dan aneka, furnitur, serta sektor logam, mesin, elektronika, dan alat angkut. 

Pada periodeyang sama, juga telah dibina sebanyak 12.687 calon wirausaha baru. “Sedangkan, jumlah unit usaha IKM pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 sebesar 4,70 persen menjadi sebanyak 3.688.522 unit,” tutur Airlangga. 

Airlangga menambahkan, pihaknya tengah memfokuskan pengembangan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi serta memiliki keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. “Langkah ini juga ditujukan untuk mengurangi pengangguran,” ujarnya. 

Saat ini, Kemenperin memiliki 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 8 Politeknik (D3 dan D4), 1 Akademi Komunitas (D1 dan D2), serta 7 Balai Diklat Industri yang telah menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang industri. “Penyerapan tenaga kerja melalui program pendidikan SMK dan D1 hingga D4yang bekerjasama dengan asosiasi, kawasan dan perusahaan industri, telah menghasilkan total tenaga kerja sebanyak 12.111 orang sejak tahun 2014-2016,” ungkapnya. 

Selain itu, kata Menperin, pihaknya juga telah menjalankan pelatihan industri berbasis kompetensi melalui Sistem 3 in 1, yakni pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja. Program ini telah menghasilkan total tenaga kerja pada periode 2014-2016 sebanyak 37.334 orang dan telah terserap di dunia industri. 

Selama tahun 2015-2019, lanjut Menperin, akan dibangun 8 Politeknik atau Akademi Komunitas berbasis kompetensi dan link and match dengan industri yang mengadopsi konsep pendidikan dual system dari Jerman melalui sistem blok waktu, yaitu dalam satu semester dua bulan teori dan praktek di kampus dan tiga bulan praktek kerja di perusahaan industri. 

“Pada tahun 2015, kami telah membangun Akademi Komunitas Industri TPT Surakarta dan tahun 2016 telah dibangun Politeknik Industri Logam di Morowali,” sebut Airlangga. Selanjutnya, ditargetkan pada tahun 2017 akan dibangun Politeknik Industri Furniture di Semarang dan Akademi Komunitas Industri Logam di Bantaeng. Sedangkan, target tahun 2018 akan dibangun Politeknik Industri Kelapa Sawit di Sei Mangkei dan Politeknik Industri Petrokimia di Teluk Bintuni. “Pada tahun 2019 akan dibangun Akademi Komunitas Industri Karet di Landak dan Politeknik Industri Baja di Batu Licin,” tambahnya. (p/ab)